Update

8/recent/ticker-posts

Odong-Odong Pakai Musik Dugem, Ketua LPA Minta Pemko Siantar Berperan Aktif



Foto : Ketua Lembaga Perlindungan Anak Kota Siantar

KORANKITA.ONLINE.[Pematangsiantar-Sumut] - Kendaraan odong-odong di Kota Siantar melintas di tempat umum dan berkeliling di inti kota. Musik Disc Jokey (DJ) yang diputarnya pun mengumandang dari pengeras suara yang diletakkan dibelakang odong-odong, berderet dengan sejumlah anak-anak bersama orang tuanya.

Pemandangan seperti itu dengan mudahnya bisa ditemui di Taman Bunga atau sering disebut dengan Lapangan Merdeka. Selain tidak memenuhi standart keselamatan, odong-odong yang terdiri dari 7 bangku memanjang tersebut tetap menjadi banyak pilihan bagi orang tua anak.

Dengan bermodalkan Rp 10 ribu, orang tua dan anak bisa menikmati sekali putaran odong-odong. Namun, di tengah kemudahan mendapatkan hiburan anak tersebut, ada terselip persoalan bagi Lembaga Perlindungan Anak (LPA)Kota Siantar, yakni Halanita Damanik.

Persoalan itu kata Halanita, dominasi lagu DJ atau musik dugem yang kerap diputar saat membawa anak-anak bisa memicu pada gangguan mental. Halanita takut, anak-anak yang sejak dini mendegar musik dugem itu bisa dibayangkan efeknya di masa yang akan datang.

"Apalagi lagu yang sering diputarnya ada yang menjadi bagian dari industri cinta. Anak-anak dicuci otaknya. Jangan heran kalau nantinya tumbuh dewasa dia terbiasa dengan cinta dan abaikan pernikahan," katanya dihubungi, Selasa (22/3/22) sore sekira jam 14.00 WIB.

Tak hanya menilai soal musik, Halanita Damanik juga mempertanyakan siapa pemberi izin operasi odong-odong. Sementara untuk kelayakan jalan kata dia, masih belum memenuhi standart. Bahkan bisa mengancam keselamatan si anak.

"Pada saat saya turun ke lapangan tempat odong odong beroperasi, belum memenuhi standart. Saya jumpai anak di bawah umur yang nyetir. Musiknya DJ Tiktok, membuat anak merekam dalam pikiran nya dan memaksa untuk dewasa," ujarnya.



Bahkan sambung Halanita, semua anak anak tidak mengikuti peraturan prokes. Sementara sekali jalan, kendaraan odong-odong di paksakan sanggup menahan beban banyaknya penumpang. Walapun banyak terhibur, semua harus dipertimbangkan lagi.

"Saya sebagai Ketua Lembaga Perlindungan Anak senang memang kalau anak terhibur. Tapi pikir Resikonya, kecelakaan sudah takdir, tapi kalau karena kelayakan dan celaka, siapa yang salah? Saya tanya sopirnya buang badan," kata Halanita yang merasa geram. 

Karenanya, dia berharap agar masalah itu dapat menjadi perhatian bagi Pemerintah Pemko Siantar. Terlebih sambung Halanita, agar hiburan di Kota Siantar dapat dinilai, apakah pantas atau tidak untuk beroperasi hingga kejalanan seperti pada kendaraan odong odong.||01-Str/*

Posting Komentar

0 Komentar